SAMARINDA.KOMINFONEWS – Expo pameran desain bertajuk “Revitalizing The Chinatown Samarinda” yang digelar di Atrium Mall Samarinda Central Plaza (SCP) sejak kemarin, resmi berakhir Minggu (25/8/2024). Acara ini bagian dari upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda untuk menghidupkan kembali budaya Tionghoa, yang telah lama menjadi bagian integral dari sejarah Kota Tepian.
Pameran ini menampilkan berbagai desain arsitektur yang akan menghiasi kawasan Pecinan Samarinda di masa depan, mulai dari Jalan Nahkoda hingga Jalan Mulawarman. Salah satu ikon budaya, Kelenteng Thien Ie Kong yang berdiri sejak 1905, akan menjadi pusat dari kawasan ini. Desain-desain yang ditampilkan menggabungkan elemen arsitektur Tionghoa klasik dengan sentuhan modern, serta mengintegrasikan unsur-unsur budaya lokal.
Tak hanya menarik perhatian warga lokal, pameran ini juga berhasil memikat wisatawan mancanegara. Salah satunya Lie Ong Chong, seorang pengunjung asal Penang, Malaysia, yang terkesan dengan konsep revitalisasi tersebut.
"Saya menemukan hal yang sangat menarik bahwa Samarinda akan membangun Pecinan di sini. Informasi yang diberikan sangat informatif dan menarik," ujar Lie kepada wartawan.
Lie yang datang bersama istrinya juga mengungkapkan kekagumannya terhadap salah satu desain yang terinspirasi oleh Temple of Heaven di Beijing, berharap konsep serupa dapat diwujudkan di Samarinda dan harmonis dengan keindahan Sungai Mahakam.
"Tempat itu adalah pusat dari seluruh negeri, bahkan mungkin seluruh dunia. Saya berharap suatu hari nanti sesuatu seperti itu bisa dibuat di sini juga," imbuhnya.
Partisipasi masyarakat dalam expo ini juga sangat diutamakan. Pengunjung diberi kesempatan untuk memberikan masukan dan saran melalui kertas note berwarna-warni yang ditempel di dekat desain yang dipamerkan. Catatan-catatan tersebut ditulis dalam berbagai bahasa, seperti bahasa Thailand, Mandarin, Jerman, dan tentunya bahasa Indonesia, mencerminkan antusiasme pengunjung dari berbagai latar belakang.
Beberapa catatan menarik dari pengunjung antara lain, "เข้าใจ," tulis salah satu pengunjung dalam bahasa Thailand. Ada juga yang menulis, "Simple tapi unik, keren!" pada kertas berwarna hijau. "Saya suka dengan salah satu desain Pecinan ini karena meski terkesan kompleks, tetap ringan dilihat. Ada sentuhan modern dan tradisional dalam satu waktu," ungkap Wiwin CeCur dalam secarik kertas biru muda. Sementara itu, kertas note lain menuliskan, “Mengingatkan saya pada lambang suku air Avatar: The Legend of Aang. Simple dan sangat merepresentasi makna.” Ada juga yang berkomentar, “Elemen lengkap, warnanya enak dilihat,” dan “Logonya mewakili kota Samarinda ‘S’,” yang menunjukkan penghargaan terhadap desain yang mengandung simbolisme lokal.
Kepala Bagian Kerja Sama Pemerintah Kota Samarinda, Idfi Septiani, menegaskan bahwa gelaran ini tidak hanya sekadar memamerkan desain, tetapi juga sebagai sarana bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses revitalisasi kawasan Pecinan Samarinda.
“Karena masukan dan partisipasi dari masyarakatlah yang menjadi kunci utama,” ujar Idfi. Semua masukan yang terkumpul akan dipertimbangkan dalam rencana akhir penataan kawasan ini, meskipun keputusan final tetap berada di tangan Wali Kota Samarinda, Andi Harun.
Expo “Revitalizing The Chinatown Samarinda” ini merupakan puncak dari rangkaian lokakarya desain internasional yang bertujuan untuk menghidupkan kembali dan melestarikan budaya Tionghoa di Kota Samarinda, sekaligus menjadi daya tarik wisata baru yang kaya akan sejarah dan budaya. Dengan sambutan positif dari masyarakat lokal dan mancanegara, diharapkan kawasan Pecinan ini dapat menjadi simbol harmonisasi budaya yang membawa keunikan tersendiri bagi Kota Samarinda.(DON/KMF-SMR)
Tinggalkan Komentar